REMEMBER – Chapter 2

 


“Remember”

Keyralaws © 2016

Story Of “Remember”

Cho Kyuhyun – Seo Joo Hyun

Sad, Angst

Twoshoot

PG: 15
Cr.by : Key’Art

IG: @mxrcllky

Disclaimer: Remember © Keyralaws

Note: Dont Forget To RCL!

.

Remember, is one time when you can’t out from one memories about one miracle.

.

Remember : Is Hurt

.

.
Previous Chapter :

.

.
“Aku tak tahu harus bagaimana ,Hyun. Tapi kumohon hentikan perceraian ini.”
Kyuhyun mencoba mencairkan hati Seohyun yang bersikukuh dengan pendirian nya untuk tetap melanjutkan perceraian ini. Seohyun yang ia kenal dulu, adalah Seohyun yang selalu baik hati dan bersikap lembut pada semua orang. Ia hanya tak percaya gadis itu berubah seperti ini karena dirinya.

Apakah memang sesakit itu rasanya? Apa memang tak ada lagi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya? Ia sangat ingin melakukannya demi Nara, demi Seohyun, dan juga demi dirinya.
“Kau pikir aku mau melakukannya? Jika bukan karena dirimu, aku tak harus melakukannya seperti ini, oppa. Aku tak harus merasa bersalah akan menyakiti Nara. Dan aku tak harus menyakiti diriku sendiri.”
Seohyun benar. Semua memang berawal karena dirinya. Jika ia tak melakukan apapun, jika ia tak menghianati apa yang telah gadis itu berikan. Semua tak harus sepeti ini. Semua tak harus berakhir seperti ia yang menyesal. Tak harus membiarkan Nara terluka, dan membiarkan Seohyun tersiksa akan pilihannya. Tidak. Ia tak seharusnya membuat Seohyun berubah menjadi jahat yang lebih mementingkan dirinya sendiri.
“Aku janji akan berubah, Hyun. Tapi kumohon ,aku hanya tak ingin Nara terluka”
“Nara akan lebih terluka jika mengetahui ayahnya sudah tidak lagi mencintai ibunya.”
“Maka dari itu kita buat seolah tak pernah terjadi apapun disini.”
Seohyun meringis sakit, apa semudah itu menganggap semuanya tak pernah terjadi dan kembali menjalani semua hal yang dulu pernah mereka lakukan? Jika memang semudah itu, ia pasti akan dengan senang hati melakukannya. Hanya demi Nara, ia rela jika ia harus menahan dirinya untuk sakit lebih lama. Seohyun tak mengapa, asalkan Nara bahagia, itu sudah cukup. Tapi kenyataannya, ia juga manusia yang tak bisa menerima bahwa suami yang dulu sangat mencintaimu kini telah berpaling
“Kau pikir mudah, oppa? Setelah semua sakit ini?”
“Kumohon Hyun, demi Nara.”
“Appa, Eomma…bercerai itu apa?”
.

.

.
Remember Chapter 2

.

.
“Appa, Eomma…bercerai itu apa?”
Seohyun begitu terkejut mendengar suara serak khas putri kecilnya, Nara. Yang langsung terlintas di benaknya adalah, sudah sejauh mana putrinya itu mendengar semua pembicaraan mereka. Ia hanya takut, takut sekali melukai putrinya perlahan tapi begitu dalam, terkadang hati memang begitu. Tubuhnya langsung lemas saat itu juga, tidak. Ia tidak bisa membuat Nara terluka. Tapi apakah perceraian benar-benar bisa menghentikan semua sakitnya? Pada kenyataannya, setelah semuanya berakhir pun masih akan tetap membekas. Karena setelah semuanya berakhir, hidupnya hanya akan di penuhi dengan ingatan-ingatan. Sepanjang hari mungkin ia akan selalu mengingat masa-masa dimana mereka bahagia. Ya. Mungkin begitu. Tapi terkadang mempertahankan juga, hanya akan menimbun luka yang semakin membengkak. Jadi lintasan terakhirnya adalah, ia tak tahu harus melakukan apa. Ia tak tahu harus memilih pilihan yang mana.
“Sayang..”
“Tidak Kyu, biarkan aku yang menjelaskan semuanya nanti. Aku ibunya, aku tahu bagaimana caranya agar ia tidak terluka.”
“Jadi kau berpikir aku akan melukainya?”
“Ya. Karena kau bahkan mampu melukai ibunya.”
Seohyun melangkah keluar dan menarik Nara untuk pergi dari sana. Ia sudah menetapkan hatinya untuk mengatakan semuanya pada Nara tentang kebenarannya. Meski ia masih memerlukan waktu untuk itu. Tapi ia yakin, ia pasti bisa melakukannya. Ia pasti bisa membuat Nara mengerti bahwa terkadang, ayah dan ibu ada bukan karena saling mencintai. Dan terkadang, ayah dan ibu berpisah bukan karena saling melukai. Seohyun tahu Nara harus memahami itu.
“Nara lebih baik sekarang tidur, besok adalah akhir pekan. Ibu akan menjelaskan apapun yang Nara ingin ketahui.”
Nara mengangguk dan tersenyum kemudian terlelap di balik selimut. Menyisakan derit tangis yang menguap di antara hati yang mengempis. Rasanya memang sulit untuk melepaskan sesuatu yang pernah kau genggam.
.

.

.

~****~

.

.
“Aku tak tahu mengapa kau seegois itu, Hyun. Kau ingin Nara terluka? Kau ingin mendengar tangisnya melihat keluarga hangatnya hilang?”
Kyuhyun merasa sudah kehabisan kesabarannya. Ia sudah mencoba untuk bicara dengan baik pada sang istri yang ternyata malah memilih untuk tetap melanjutkan perceraian ini. Kyuhyun tak habis pikir mengapa perempuan terkadang terlalu memikirkan perasaan ya sendiri
“Aku juga tak tahu bahwa kau sejahat itu oppa! Kau pikir aku mau? Kau pikir aku, seorang ibu yang jelas-jelas melahirkan Nara, ingin melihat Nara terluka? Kau pikir begitu? Kau pikir aku ingin mendengar tangis Nara nanti? Aku tidak pernah menginginkannya oppa! Aku yang melahirkan Nara, untuk apa aku melukainya? Dan kau pikir, karena siapa keluarga hangatnya hilang? Karena siapa oppa? Apa itu juga kesalahanku? Apa iya?”
Seohyun terjatuh meringkuk merengkuh tubuhnya sendiri. Ia lelah menjadi orang dewasa yang harus menghadapi semua masalah bertumpuk sendirian. Padahal , bagi mereka, jika semua sudah terikat oleh pernikahan, beban adalah tanggung jawab bersama, yang harus di pukul kemudian di selesaikan tanpa ingin menyalahkan. Tapi mengapa sekarang ia seolah menjadi tokoh yang jahat? Yang hanya menginginkan kebahagiaan nya sendiri tanpa memikirkan sang putri. Tidak. Ia tidak berpikir begitu. Tapi ia memang lelah menahan semuanya sendirian.
“Hyun…”
“Apa salahku, oppa? Apa yang aku lakukan padamu hingga kau sekejam ini padaku? Apa yang salah denganku? Apa salahku dan Nara?”
Kyuhyun meringis, melihat istri yang dicintainya, melihat wanita yang selalu menjadi no.satu untuknya, wanita yang selalu ada disampingnya menangis karena dirinya. Hanya lelaki bajingan yang mampu melakukannya. Dan ia, memang lelaki bajingan yang menyakiti hati istrinya sendiri. Kyuhyun tahu tak seharusnya ia mengatakan hal seperti tadi, ia tahu semua ini memang salahnya. Sebagai seorang wanita, Seohyun wajar melakukan semua ini. Sebenarnya, ia yang egois. Ia yang melakukan kesalahan, tapi justru ia yang tak siap akan akibatnya.
“Aku mencintaimu, oppa. Aku selalu melakukannya. Aku hanya tak tahu apa yang salah denganku, sampai akhirnya kau tak lagi mencintaiku. Aku memikirkan Nara, aku sangat memikirkannya hingga aku rela harus menahan semua sakit ini. Tapi aku juga lelah, oppa. Aku butuh melepas sakit ini untuk merasa tenang. Tapi setelah ini akan berakhir, aku justru akan terikat karena penyesalan ,aku justru akan lebih sering mengingat hal yang tak seharusnya aku ingat. Aku lelah memikirkan semuanya, oppa.”
“Hyun….”
Kyuhyun merengkuh tubuh istrinya yang melemas itu. Ia juga sama sakitnya, ia tahu kebodohannya. Ia cukup sadar akan hal itu. Ia sudah melukai wanitanya karena kesalahannya, dan seharusnya, ia mampu memerbaikinya.
“Maaf..Maaf..Hyun..Aku tahu ,ini salahku.”
Kyuhyun memeluk Seohyun semakin erat. Ia tak peduli dengan kenyataan apapaun sekarang. Baginya, Seohyun masih tetap gadis yang ia cintai sejak dulu. Dan itu takkan pernah berubah. Tak peduli pada kenyataan yang mengatakan bahwa mereka akan segera berpisah. Kenyataan bahwa sebentar lagi, mereka bukanlah apa-apa. Kyuhyun tahu dimana letak kesalahannya, tapi ia tak bisa melakukan apapun untuk memperbaikinya. Tidak lagi untuk sekarang. Sudah terlalu jauh terjadi. Semua sudah benar-benar habis tersisa.

.

.

” R E M E M B E R ”

.

.

ketika Nara terbangun pertama kali, yang ia lihat adalah sinar mentari pagi yang hangat. Tapi Nara sadar ada sesuatu yang hilang dari biasanya. Kedua orangtuanya. Nara tahu ada yang salah dengan mereka. Tapi Nara belum cukup paham untuk memahami semuanya dengan benar-benar baik.
Dulu, ketika pertama kali ia terbangun, yang hadir adalah wajah kedua orangtuanya yang tengah tersenyum seolah menunggunya bangun. Kemudian kedua orangtuanya akan bergantian mengecupi puncak kepalanya dan mengatakan selamat pagi. Tapi sekarang, setidaknya Nara tahu ada sesuatu yang telah terjadi tanpa bisa ia pahami. Nara yakin itu.
Nara turun dari tempat tidurnya dan melipat selimut cokelat tuanya dengan rapih. Kemudian turun untuk menemui sang ibu yang seharusnya mengucapakan selamat pagi padanya.
Seharusnya disana juga ada ayahnya. Tapi yang Nara lihat, hanyalah sesosok ibunya yang tengah sarapan sendiri di meja makan minimalis itu.
Nara ingat, posisi tengah itu seharusnya di isi oleh ayahnya. Ayahnya akan membaca koran sambil memakan sarapannya dan melontarkan beberapa pertanyaan untuk Nara. Hal sepenting itu bagi Nara tak mungkin terlupakan begitu saja.
Nara memang masih kecil. Usianya mungkin baru pada pendidikan Taman Kanak-kanak. Tapi Seohyun pikir, memang sudah saatnya juga untuk Nara mengetahui kebenarannya. Kebenaran tentang kedua orang tuanya. Kebenaran pahit yang harus bisa di terima gadis itu.
“Selamat Pagi, sayang.”
“Pagi, Eomma. Eomma, Kemana Appa?” Nara menduduki kursinya yang biasa ia tempati. Mengambil selembar roti juga memberinya telur dan mayoines.
“Ada yang ingin eomma bicarakan pada Nara. Tentang Appa.”
Nara menghentikan sarapannya. Kemudian beralih menatap ibunya yang berubah sendu. Sejak kemarin melihat kedua orangtuanya bertengkar, Nara tidak nyaman semalaman. Ia pikir, memang ada yang salah dengan keluarganya. Nara takut. Nara takut, Nara takut apapun akan terjadi tanpa bisa ia ketahui.
“Appa tidak akan tinggal bersama kita lagi, sayang. Nara harus mengerti. Appa dan eomma, sudah tidak bisa bersama lagi. Kita tidak bisa menjalin hubungan sebaik dulu sayang. Kita akan tinggal terpisah dengan Appa. Nara akan tinggal bersama eomma tanpa appa. Karena appa dan eomma sudah tidak bisa bersama lagi. Kami akan bercerai sayang.”
Nara mengerjap berkali-kali. Mencerna perkataan sanag ibu pelan-pelan. Apa arti dari semua kalimat ibunya adalah, ia akan kehilangan sang ayah? Apa kah arti dari semuanya, adalah ia yang takkan memiliki ayah lagi.
“K-Kenapa eomma? Nara sayang Appa.”
Seohyun menarik Nara kedalam pelukannya. Kemudian mengecupi puncak kepala putrinya dengan teramat sakit. Ia paham semua sakit Nara. Ia paham. Ia tahu ia memang egois. Tapi hatinya memang sudah tak bisa melakukan apapun lagi selain menyerah. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.
“Nara sayang Appa, eomma. Nara tidak ingin kehilangan Appa.”
Seohyun menjerit dalam tangisnya ketika mendengar tangis Nara yang lebih memilukan daripada apapun. Seohyun harus mengutuk dirinya sendiri yang dengan tega melukai hati anaknya sendiri. Seohyun tak sanggup.
Seandainya sejak awal, ini semua memang tak terjadi, ia tak harus melakukan hal seburuk ini. Tidak perlu.
“Eomma juga menyayangi Nara. Sayang.”
Maka sepanjang hari itu, Seohyun hanya terus memeluk tubuh putrinya dengan sangat erat dan mencoba menenangkan Nara yang terus menangis. Cobaannya bahkan baru saja di mulai.

.

.

” R E M E M B E R ”

.

.

Setelah selesai dengan Nara, Seohyun hanya harus menyelesaikan dirinya. Setelah semuanya ia katakan pada Nara, sekarang saatnya untuk ia bisa menata hatinya secara perlahan. Seohyun sebenarnya mengutamakan Nara. Tapi entah mengapa , situasinya seolah menjelaskan bahwa ia hanya mengutamakan dirinya sendiri. Padahal bagi Seohyun, itu sama sekali tidak benar. Ia selalu memikirkan Nara di atas segala-galanya , dan ini adalah cara terbaik yang bisa ia lakukan sejauh ini. Seohyun tahu ini yang terbaik. Setidaknya ,hal terbaik yang bisa ia lakukan.
“Eomma, hari ini Appa berulang tahun ,ayo kita beri Appa kejutan.”

Seohyun bahkan harus menepuk dahinya dulu karena merasa ia melupakan hal sepenting itu. Bahkan saat suaminya selalu tepat waktu mengucapkan selamat ulang tahun padanya, ia sendiri justru melupakan tanggal suaminya berulang tahun.
“Ayo, sayang, kita kerjai Appa hari ini.”
Seohyun dan Nara tertawa sejenak sebelum menaiki tangga menuju kamar dimana suaminya yang tampan itu masih terlelap manis. Seohyun tahu ia telat menyadarinya, tetapi setidaknya ia tahu untuk seolah menutupinya bahwa ia tidak lupa sama sekali.
“Sayangnya kalian gagal sebelum waktunya..”
Suara Kyuhyun terdengar menyambut dari belakang. Membuat Hyura maupun Seohyun menegang dan terkejut. Ternyata rencana mereka untuk mengerjai Kyuhyun salah. Karena Kyuhyun, justru yang mengambil alih dan mengerjai mereka.
Seohyun memejamkan matanya kuat-kuat. Perasaan itu muncul lagi, perasaan sulit untuk melepas. Perasaan dimana ia ingin mempertahankan tanpa ingin menghilangkan sedikitpun. Karena hal yang paling Seohyun benci adalah mengingat. Mengingat sesuatu yang sudah pernah terjadi dan hanyalah kenangan. Dalam hidupnya terakhir ini, hanya selalu di habiskan oleh mengingat semua tentang mereka. Mereka yang pernah berbahagia bersama dalam satu genggaman.
Seharusnya Seohyun tak perlu mengingat apapun. Tapi, ingatan itu, seolah datang tanpa di minta sedikitpun. Seohyun lelah, ia benci mengatakan bahwa memang dirinya egois. Seohyun benci melihat Nara terluka karena dirinya. Seohyun benci melihat Kyuhyun memohon dengan penuh harapan agar perceraian ini berakhir. Seohyun benci dengan semua yang terjadi.
Ketika ia, sebagai wanita dewasa masih bisa menangis sepanjang malam memikirkan semua yang telah hancur, lalu bagaimana dengan putrinya? Putrinya yang takkan pernah siap untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya sudah benar-benar tidak akan ada di sisinya.
“Halo, bu?..”
.

.
” R E M E M B E R ”

.

.
Biarkan ini berakhir

Setelah semua sakit yang menggila itu

Biarkan aku menyesal

Setelah semua yang aku lakukan
[Kyuhyun Point Of View]
Aku mengerang frustasi. Semua yang aku lakukan benar-benar sudah tidak ada artinya lagi sekarang. Apapun juga yang telah terjadi, memang sepenuhnya salahku. Aku yang menyakiti mereka. Mereka yang sangat ku sayangi. Kedua wanita terindah dalam hidupku yang selalu aku jaga dan aku hargai. Tak pernah ku biarkan mereka terluka sedikitpun. Tapi sekarang, aku bahkan melukai mereka dengan sangat kejam. Aku tak bisa. Aku tak bisa kehilangan mereka. Karena kehilangan mereka adalah hal yang tak pernah bisa ku bayangkan sebelumnya. Sedangkan seluruh hidupku, ada pada mereka. Semuanya. Semua sakit dan bahagia ku ada pada mereka. Tersimpan rapih dalam semua kenangan yang sekarang mungkin telah berakhir. Mengapa setiap cinta, harus selalu meninggalkan luka?
Kuraih bingkai yang berisikan aku dengan Seohyun juga putri kecil kami, Cho Nara. Aku menatap keduanya dengan perlahan. Menyentuhkan jemarimu yang rapuh di ujung-ujung sisa kenangan. Aku begitu mencintai mereka. Tapi kesalahanku adalah melukai mereka juga. Yang ku ingat, kami mengambil foto ini saat ulang tahu pernikahan kami yang kedua. Saat itu kami saling mendekap, mengecup, dan berkata akan menjaga semua ini selamanya. Tapi aku melanggarnya. Hanya aku satu-satunya yang mengingkari itu semua.
Seo Joo Hyun.

Satu nama yang begitu hangat di telingaku. Aku menyayanginya. Aku mencintainya melebihi apapun. Dan aku tak siap untuk kenyataan bahwa aku akan kehilangannya. Aku tak bisa membuka mata saat aku akan hidup tanpa sosok nya. Bagiku, hanya dia satu-satunya wanita yang ku inginkan. Tidak seorang pun.
Seohyunku yang manis. Seohyunku yang selalu tersenyum di balik pintu setiap kali aku mengetuk pintu di tengah malam dan berkata lelah.
Aku pasti akan merindukan semua itu, dimasa yang akan datang.
Juga putri kecilku, Cho Nara.
Putriku yang lucu. Yang selalu berada di sampingku ketika aku terbangun. Aku selalu bahagia memiliki malaikat kecil sepertinya. Putri pertama kami yang selalu kami idamkan. Putri pertama kami yang selalu tersenyum setelah sekolahnya usai. Aku akan merindukan senyumannya. Aku juga akan merindukan sosoknya. Aku akan merindukan tawanya. Aku akan merindukan semua hal yang ada pada putriku. Putriku yang manis, Cho Nara. Putriku yang kecil yang selalu berlarian menungguku di balik pintu. Aku akan kehilangan semua itu
Besok. Setelah lima tahun semuanya berjalan. Semuanya akan berakhir besok. Tanpa sisa sedikitpun selain kenangan.
“Aku mencintaimu, Seohyun ~ahh. Nara sayang. Appa mencintaimu.”
.

.
“R E M E M B E R ”

.

.
maka biarkan ini benar-benar berakhir sekarang. Biarkan semua luka menghilang. Biarkan semua tinggal kenangan.
“Eomma, Nara paham. Nara memang tak paham mengapa kalian tak bisa lagi hidup bersama dan saling menyayangi seperti dulu. Nara juga tidak bisa memaksa dan memohon dengan alasan semua demi Nara. Tapi Halmonnie bilang, perpisahan tak berarti buruk juga. Jadi Nara akan ikut bahagia bersama eomma. Dan Nara akan membiasakan diri untuk hidup tanpa Appa.”
Tangis Seohyun pecah. Bagaimana mungkin, putrinya, Di usia sekecil itu sudah belajar memahami hal sebesar ini. Seohyun memeluk putrinya dengan erat. Seolah tak ingin lagi lepas. Seohyun benar-benar tak ingin melukai siapapun disini. Tapi sisi hatinya memang terluka.
Seohyun menenggelamkan wajahnya di bahu Nara. Ia tak bisa menatap wajah putri kecilnya yang tengah tersenyum dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sedangkan hatinya tengah menangis, meringis, meraung ketakutan dan tak mampu tersenyum sedikitpun. Tapi putrinya, tersenyum se lebar mungkin setelah kemarin menangis seharian penuh. Seharusnya Seohyun bisa belajar dari Nara. Seharusnya begitu.
“Eomma jangan menangis. Nara akan baik-baik saja. Eomma tak perlu memikirkan Nara. Teman Nara juga tidak memiliki Appa. Nara tak ingin eomma terluka. Jadi Nara berjanji akan tetap tersenyum meskipun kita, akan hidup tanpa Appa.”
Nara mengusap air mata Seohtun dan menciumnya berka-li-kali. Dan saat itu juga, Seohyun benar-benar merasa menjadi ibu yang paling jahat yang pernah ada. Seohyun tak seharusnya memikirkan perasaannya sendiri kan?
“Eomma juga sayang Nara.”
Keduanya saling berpelukan dengan kuat. Biarkan dunia berakhir dalam keadaan beku, tetapi mereka akan saling menghangatkan, Seohyun siap untuk apapun yang akan terjadi.
“Nara ingin menelpon Appa. Nara ingin bicara dengan Appa untuk yang terakhir kalinya.”
Seohyun mengangguk tanpa berpikir dan kemudian memanggil nomor Kyuhyun dalam ponselnya.
“Hyun???”

“Appa. Ini Nara. Appa, Nara sangat menyayangi Appa. Tapi Eomma bilang, kalian tidak akan tinggal bersama lagi. Dan Eomma bilang, Nara akan hidup tanpa Appa. Nara sedih, tapi Nara mengerti bahwa kalian sudah tidak bisa. Tapi Nara selalu menyayangi Appa juga Eomma. Karena Nara tidak bisa datang, jadi Nara sampaikan ini untuk Appa. Saranghae….”
Nara langsung mematikan panggilannya tanpa ingin mendengar jawaban sang ayah. Nara tersenyum dan memberikan ponselnya pada Seohyun.
“Eomma pergi dulu, sayang..”
Nara mengangguk

Seohyun menangis lagi.
.

.
” R E M E M B E R ”

.

.

“Appa. Ini Nara. Appa, Nara sangat menyayangi Appa. Tapi Eomma bilang, kalian tidak akn tinggal beraam lagi. Dan Eomma bilang, Nara akan hidup tanpa Appa. Nara sedih, tapi Nara mengerti bahwa kalian sudah tidak bisa. Tapi Nara selalu menyayangi Appa juga Eomma. Karena Nara tidak bisa datang, jadi Nara sampaikan ini untuk Appa. Saranghae….”
Kyuhyun meremas dadanya yang terasa sakit saat sang putri kecilnya mengatakan hal itu. Putrinya masih terlalu kecil untuk paham semuanya. Tapi di usia sekecil itu, ia berusaha memahami orangtuanya. Kyuhyun harus mengutuk dirinya sendiri karena ialah penyebab semuanya.
“Arrrrrghhhhh!!!!!”
.

.

.

~*****~

.
“Kalian resmi bercerai”
Ketukan palu ketiga menandakan bahwa keduanya resmi bercerai. Kyuhyun datang dengan kakak perempuannya nya juga kedua orangtuanya. Sedangkan Seohyun, hanya datang sendiri bersama teman-temannya saja. Ibunya membawa Nara pergi agar putrinya tidak perlu menangis melihat ini.
Ketika mereka berpapasan menuju pintu keluar, yang muncul dalam benak Seohyun adalah rindu. Ia merindukan pria ini. Dan ia masih teramat mencintai pria itu. Tapi, tak mungkinkan? Tak mungkin lagi.
Kyuhyun tersenyum perih melihat senyum Seohyun. Ia tahu, senyuman Seohyun itu penuh luka. Sama seperti semua perkataan Nara padanya tadi pagi. Kyuhyun berjengit menatap kedua mata gadis itu. Ia masih menyimpan terlalu banyak cinta disana. Tapi semuanya sudah berakhir.
Kyuhyun memeluk Seohyun pelan, membawa tubuh gadis itu kedalam dekapannya. Perlahan. Membiarkan gadis itu merasakan seluruh perasaan tak tenang dalam hatinya yang terus bergejolak. Kyuhyun menciumi puncak kepala Seohyun. Puncak kepala wanita yang pernah menjadi miliknya, wanita yang pernah ia cintai dan selalu begitu. Wanita yang selalu ada di sampingnya dan seharusnya sampai seluruh sisa hidupnya.
“Aku masih teramat mencintaimu, Hyun. Tapi aku tahu ini yang terbaik. Semoga kau menemukan pria yang lebih baik”
Seohyun membalas pelukan Kyuhyun. Menumpahkan semua rindu tanpa ragu. Ia lelah harus berpura-pura kuat, padahal hatinya serapuh ranting kayu. Ia lelah bersandiwara. Ia lelah
“Kau juga Kyu. Kau tahu aku selalu mencintaimu, bahkan sampai detik ini.”
“Ini pelukan terakhir ya? Rasanya baru kemarin kita menikah..”
Tanpa sadar, air mata Seohyun mengalir begitu saja mendengarnya. Sesak itu datang lagi. Menghimpit, menyiksa, dan melelahkan. Seohyun juga merasakan hal yang sama. Perasaan tak ingin melepaskan sampai rasanya semua adalah mimpi.
Ahra juga menangis mendengar ucap adiknya itu, Anda merasakan bagaiman sakitnya menjadi Seohyun. Tapi Ahrra tak berharap akan berakhir seperti ini. Tidak sama aekalim Anda tahu merak masih mempunyai cinta yang kuat.
“eonni..maafkan aku. Aku menyayangimu”
Anda memeluk Seohyun. Memecahkan semua tangis yang hanya ia pendam sedari tadi. Ahra memeluk Seohyun terlalu erat, rasanya melepaskan itu memang sakit. Ia saja tidak rela, bagaimana Kyuhyun. Ahra paham semua itu
“Eomma, Appa.. Seohyun minta maaf..”
Sebagai seorang ibu, Ny.Cho adalah orang pertama yang paling terkejut mendengarnya. Tapi diam-diam ia juga tak bisa melakukan apapun. Ia hanya memeluk Seohyun untuk menguatkan. Padahal ia tahu Seohyun adalah gadis yang baik. Juga Nara.
“Nona..Nona Seohyun, mobil nyonya kecelakaan.”
BRUKK
Seohyun tidak tahu cobaan apa lagi yang datang kali ini
.

.
” R E M E M B E R ”
.

.
“TIDAK KYUHYUN, TIDAK!!”
Tangis Seohyun pecah luar biasa ketika mengetahui bahwa mobil milik ibunya kecelakaan. Mobil yang membawa Nara juga di dalamnya. Seohyun hanya tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat selama ini.
“Aku sanggup kehilanganmu, Kyu. Aku masih sanggup. Tapi aku tak sanggup kehilangan Nara.”
Kyuhyun menangis tersedu-sedu seraya memeluk Seohyun. Ia terus berusaha menenangkan Seohyun yang menangis.
Kyuhyun juga tak mengerti , setelah ia akan kehilangan Seohyun, mengapa sekarang tuhan kembali mengujinya dengan mengambil Nara dari sisinya?
“Seohyun…”
Ahra mencoba memenangkan Seohyun yang terlalu terkejut mendengar berita itu dan dokter yang mengatakan bahwa ibunya juga Nara tidak bisa di selamatkan. Ahra juga tidak tahu seperti apa rasanya sakit yang di alami Seohyun sekarang. Tapi sebagai perempuan, ia mengerti bahwa sakitnya benar-benar terasa.
“Aku tak sanggup, kyu. Sungguh. Nara baru saja tersenyum tadi pagi dan mengatakan akan hidup bahagia denganku, Kyu. Tapi mengapa sekarang ia pergi? Mengapa, Kyu? Apa ia tak sanggup menahan sakitnya? Jika ia bilang, aku tak akan melanjutkan perceraian ini, Kyu. Demi tuhan, aku menyayangi Nara. Aku ibu yang egois. Aku ibu yang bodoh.”
“Hyun…”
Kyuhyun benar-benar tak tahu mengapa kesalahannya benar-benar sefatal ini. Kyuhyun menjerit sakit melihat keadaan Seohyun yang seperti ini. Seohyun yang bahkan selalu bersikap bahwa ia baik-baik saja dan tidak terluka.
“Seohyun~ahh, sayang. Dengarkan eomma.”
Ny.Cho mengambil alih untuk memeluk Seohyun. Tangisnya juga sudah pecah sejak tadi. Dan sekarang, melihat menantunya. Menantu yang sudah ia anggap anaknya sendiri menangis kesakitan seperti ini, mana mungkin ia sanggup. Ia juga seorang ibu. Dan ia tak bisa membayangkan bagaimana jika ia kehilangan Kyuhyun ataupun Ahra.
Cobaan apa lagi ini?
Setelah ia melepas semua ikatan itu
Mengapa cobaan terus datang tanpa henti?
Setelah ia kehilangan Kyuhyun
Lalu sekarang
Kehilangan Nara
“Demi tuhan eomma, Seohyun tak sanggup”
.

.

.
” R E M E M B E R *

.

.

.
A/N: haloo wiress? Siapa yang nunggu lanjutan ff ini? Dan ya, seperti inilah akhirnya. Sejak awal memang sudah ku konsep seperti ini. Maaf mengecewakan. Maaf jika feel nya tidak terasa. Maafkan author yang abal-abal ini. Author ucapin terima kasih banyak buat yang udah setiap meninggalkan jejak di komentar, author hargai semua kebaikan kalian. Ini cuma fict pasaran kok. Tapi gatau kenapa Author lagi pengen buat yang kaya gini. Untuk judulnya yaga Author pake Remember? Kenapa? Apa hubungannya sama fict ini? Karena disini, sebenernya author mau menonjolkan bagian mengingat yang sangat menyakitkan. Itu aja sih.
Rasanya gaya penulisa author juga agak berubah ya
Yang nangis, jangan salahin author.

Selamat berjuang dalam kesedihan…
.

Salam Keyralaws

25 thoughts on “REMEMBER – Chapter 2

  1. Tisu mn tisu….sedih bca nya…ko bgni endingya…btw hyura tu sapa….td ada terselip kt hyura….typo kah…yawalah kesian sm mreka b2 y…adakh sequel utk epep ini…jika da ditunggu…

    Liked by 1 person

  2. Ini berasa banget chingu feelnya.tadi sempet mikir klo seo nelphone buat ngebatalin perceraiannya,ternyata aq salah.perceraian ttp terjadi,dan tuhan gak ngasi ijin nara buat ngerasain sakit,jadi di ambil deh…tapi kasian orang tuanya juga sih…..huhhh….namanya hidup gak ada yang bisa nebak esoknya akan seperti apa….

    Liked by 1 person

leave a comment^^